Rabu, 03 Januari 2018

Makam Mesir Berusia 3.500 Tahun Dibuka untuk Kali Pertama, Apa Isinya?

Arkeolog berhasil menggali dua makam mesir kunoyang belum pernah dibuka selama 3.500 tahun lamanya.
Penggalian itu akhirnya mengungkap berbagai harta arkeologis Mesir kuno berharga yang tersimpan di kedua makam, seperti lukisan, topeng kayu, dan juga mumi yang terbungkus kain linen.
Kedua makam tersebut sebenarnya sudah lama ditemukan. Sayangnya, makam itu tidak mendapat perhatian yang sama seperti situs lain yang ditemukan di wilayah Luxor, Mesir.
Peninggalan bersejarah yang terletak di nekropolis Draan Abul Naga di tepi barat Luxor itu justru terabaikan.
Makam tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1900-an oleh arkeolog berkebangsaan Jerman, Friederike Kampp-Seyfried. Namun, dia hanya menamai kedua makam itu, tanpa melakukan penggalian lebih lanjut atas penemuannya.

Sejak saat itu, makam yang diberi nama Kampp 161 dan Kampp 150 ini pun ditinggalkan dan terlupakan hingga akhirnya sebuah ekspedisi dari Kementerian Negara Urusan Kepurbakalaan Mesir membuka makam tersebut kembali.
Benar saja, arkeolog menemu artefak-artefak yang di luar perkiraan. Beberapa analisis awal pun langsung dilakukan.
Dalam penggalian di makam pertama, Kampp 161, arkeolog memetakan bahwa makam ini dilapisi dengan dinding baru dan bata lumpur, serta memiliki empat ruang.

Berdasarkan lukisan dinding, ukiran, dan prasasti yang ditemukan, kemungkinan makam tersebut berasal dari masa pemerintahan Firaun Amenhotep II dan Firaun Thutmose IV, sekitar tahun 1400 SM.
Makam tersebut memiliki dua lukisan. Salah satunya menggambarkan seorang pria yang memberikan persembahan dan bunga kepada orang yang dikuburkan di makam itu dan istrinya, sedangkan gambar kedua menunjukkan sejumlah tamu yang berdiri dalam empat baris.
Para arkeolog kemudian menemukan beberapa artefak kayu, termasuk topeng besar dan kecil yang bersepuh emas.


Lalu di makam Kampp 150, arkeolog menemukan harta karun lainnya. Di sana terbaring mumi yang terbungkus kain linen.
Meski belum diketahui dengan jelas siapa identitasnya, tetapi arkeolog menduga bahwa mumi dengan penutup linen tersebut bernama Djehuty Mes atau Maati.
Selain itu, kemungkinan individu tersebut merupakan pejabat tinggi atau orang yang berpengaruh pada masanya.
Para arkeolog juga menemukan banyak artefak di dalam makam ini, seperti koleksi 450 patung yang diukir dengan bahan berbeda, topeng kayu yang dilukis, dan sebuah kotak kecil yang berbentuk seperti peti mati.

Namun, ada perbedaan antara makam Kampp 150 dan Kampp 161. Mereka tidak berasal dari masa yang sama.
Arkeolog menemukan bahwa Kampp 150 ternyata dibuat pada masa akhir dinasti ke-17 dan awal dinasti ke-18, atau sekitar tahun 1506 SM di saat era kekuasaan Firaun Thutmose I. Ini berarti makam Kampp 150 lebih tua dibandingkan Kampp 161.
Temuan ini tentunya menjadi kabar baik dunia ilmu pengetahuan sekaligus harapan baru bagi pariwisata Mesir yang sebelumnya sempat menurun akibat kekacauan politik.


Peta Dunia Jaman Renaisans Dirilis, Ini Keunikannya


Menakjubkan. Peta dunia versi abad pertengahan yang langka akhirnya diperlihatkan kepada publik. Peta dengan tampilan dua dimensi tersebut terdiri dari 60 halaman dengan gambar yang tak pernah kita duga.
Peta dunia versi jaman Renaisans tersebut ditemukan Pusat Peta David Rumsey pada bulan September 1587. Peta itu memiliki halaman-halaman dengan sajian visual dua dimensi serta mengajak orang melihat dunia.
Keunikan peta tersebut adalah tidak hanya gambar pulau atau benua saja, tetapi ada ilustrasi makhluk mitos seperti pegasus, kuda berkepala manusia atau centaur, putri duyung dan grifon atau binatang khayalan, di beberapa lokasi di peta.

Menurut kurator dari Pusat Peta David Rumsey di Unversitas Standford, G. Salim Mohammed, hasil karya Monte adalah manuskrip kartografi. "Saya menyebutnya sebuah karya manuskrip kartografi," katanya seperti dikutip dari Livescience, pada Kamis (28/12/2017).


Proses digitalisasi peta karya Monte dimulai ketika David Rumsey Map Center memperoleh peta yang berisi tiga dokumen awal dan asli milik Monte. Peneliti menyusun halaman pada peta seperti menyusun naskah menjadi buku.
Saat itu, peneliti menemukan petunjuk yang berisi keinginan Monte soal bagaimana seharusnya peta itu dilihat. Lalu, dengan memindai per halaman, para ilmuwan dapat menyusun peta digital berukuran 3x3 meter, persisi seperti apa yang diinginkan Monte.
"Idenya adalah agar bisa disatukan dan digantung di dinding dengan lubang di tengahnya, sehingga Anda bisa benar-benar melihatnya seperti cakram," kata Mohammed. Peta ini menjadi peta dunia terbesar yang dibuat pada masa Renaisan. 
Sementara itu, sejarawan mencatat bahwa Monte adalah seorang bangsawan kaya raya. Monte menekuni seni membuat peta atau kartografi sejak umur 41. Urbano Monte tinggal di Italia (1544-1613).
Saat berusia 35, Monte menikah dengan Margarita Niguarda yang saat itu berusia 18 tahun. Mereka dikarunia lima orang anak. Kekayaan Monte tidak mengharuskan dirinya bekerja layaknya warga biasa.
Berdasar informasi dari Pusat Peta David Eumsey, Monte menghabiskan waktunya untuk berburu buku untuk dikumpulkan di perpustakaannya yang terkenal dan belajar ilmu pengetahuan.
Salah satu pemicu Monte tertarik menjadi kartografer adalah saat dirinya pertama kali berkunjung ke kedubes Jepang yang berdiri di Eropa pada tahun 1585.
Ilmu geografi Jepang lah yang menarik hati Monte dan berdasar informasi yang ada di atlas milik Monte, pada saat itu "mural peta" juga baru menjadi tren dekorasi di Italia.
Monte memulai proyek melukis atlas dengan mengandalkan sumber kontemporer dan mengkonsolidasikan dengan pengetahuan geografis, tambah Mohammed.

Pertanyaannya bagaimana gambar makhluk mitos bisa muncul di peta?
"Proyeksi makhluk mitos memang tampak aneh di jaman sekarang, tetapi itu cukup masuk akal pada masanya," kata Mohammed kepada Live Science, Kamis (28/12/2017).
"Hal yang menarik lainnya, Monte menggambar pulau Jepang dengan ukuran lebih besar di petanya. Pulau-pulau di Jepang dia gambar secara horisontal bukan vertikal. Ini sebetulnya menunjukan kedekatan dan pengetahuannya tentang Negeri Matahari Terbit tersebut,"kata Mohammed.
Sekarang, masyarakat dapat melihat manuskrip yang sebenarnya, salinan cetaknya dan versi digitalnya di layar sentuh di Stanford University, tempat para ilmuwan mempelajari peta langka tersebut. 

Fenomena dan Misteri Langit yang Mungkin Akan Terungkap tahun 2018

Rutinitas kita selama hidup di Bumi sepertinya mudah ditebak dan itu-itu saja, datar. Jangan resah, ada tujuh kejadian luar biasa dan menakjubkan yang akan terjadi pada 2018 nanti.
Setidaknya fenomena alam di 2018 akan menjadi warna indah dalam hidup kita.

1. Gerhana
Tidak ada gerhana matahari total pada 2018. Namun, ada dua gerhana bulan dan tiga gerhana matahari sebagian yang berpotensi diamati.
Dari sekian gerhana itu, gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 merupakan yang terbaik bagi warga Indonesia. Sebabnya, gerhana bisa diamati di semua tempat dan selurug fase.
Gerhana bulan tptal pada 27 Juli 2018 berpotensi diamati oleh warga Aceh. Sesuai prediksi NASA, di wilayah Indonesia lain, gerhana bertepatan dengan tenggelamnya bulan. Jadi, hanya sebagian kecil tahapan gerhana yang bia diamati.

2. Hujan meteor
Anda bisa mengambil beberapa foto spektakuler dari fenomena hujan meteor Perseid. Puncaknya akan terjadi pada 12-13 Agustus dengan maksimal 60 meteor per jam.
Kedua adalah hujan meteor Geminid, yang akan memuncak 13-14 Desember sampai 120 meteor per jam.

3. Wahag Lubang Hitam
Selama ini, ilmuwan mengenal event horizonbisa diibaratkan seperti pintu gerbang ke lubang hitam. Jika telah memasukinya, maka apapun takkan bisa kembali.
Ilmuwan sebelumnya menggelar pengamatan lima malam pada lubang hitam Sagitariu A. Tahun ini, foto "point of no return" lubang hitam itu mungkin akan diperoleh.

4. Misteri Bulan
Tahun 2018, sejumlah negara menargetkan bulan sebagai target eksplorasi. India akan mengirim misi ke bulan untuk pertama kalinya.
SpaceX juga berencana melakukan misi yang sama dengan dua warga sipil di pesawat ruang angkasa.
Kemudian, China akan mengirim Chang'e 4 dan Chang'e 5 yang bakal mengeksplorasi sisi gelap bulan.
Ada juga Google Lunar XPrize, kompetisi bagi entitas swasta memasang robot di bulan. Banyak pengetahuan baru tentang bulan yang mungkin akan terungkap.

5. Teka-teki Asteroid
Masih ingat dengan misi Rosetta dan Philae, roket penyelidik (Philae) dan pesawat (Rosetta) yang mempelajari komet 67P/Churyumov–Gerasimenko?
Tahun 2018 ini, dua misi asteroid akan mencapai targetnya. 
Pada bulan Juni, JAXA's Hayabusa 2 milik Jepang yang diluncurkan pada tahun 2014, akan bertemu dengan asteroid Ryugu, sebuah asteroid dekat Bumi dengan kombinasi langka antara tipe C dan tipe G.
Kemudian, bulan Agustus, OSIRIS-REx NASA akan bertemu dengan asteroid dekat Bumi, Bennu.
Tidak diragukan lagi peristiwa ini menarik untuk ditunggu hasilnya. Jaxa's Hayabusa 2 akan kembali pada tahun 2020 dan OSIRIS-REx pada tahun 2023. Hal tersebut menjadi harta karun bagi ilmu pengetahuan. Sungguh menakjubkan.

6. Kembang api semesta
Awal tahun ini, entah kapan, sebuah pulsar akan melintas melewati salah satu bintang paling terang di galaksi kita.
Pulsar akan melalui cakram dari gas dan debu yang mengelilingi bintang dan memancarkan cahaya 15 kali massa matahari dan 10.000 kali lebih cerah dari matahari.
Saat itu terjadi, fenomena kembang api kosmos akan terjadi. Itu akan membantu peneliti mengukur massa, gravitasi, medan magnet, angin bintang dan sifat cakram.

7. Penelitian planet Merkurius
Tahun ini misi Cassini akan berkahir dan misi Juno sedang mempelajari Jupiter. Masih akan ada banyak misi untuk mempelajari planet lainnya.
2018, ESA dan JAXA meluncurkan misi gabungan mereka - BepiColombo, yang akan menyelidiki Merkurius

Sains Ramalkan Nasib Manusia dan Bumi 10.000 Tahun Mendatang!

Sejumlah ilmuwan meramalkan bahwa kiamat akan terjadi 10.000 tahun lagi. Bagaimana sains menjelaskan hal tersebut?
Dikutip dari Sciencealert, Minggu (31/12/2017), beberapa hal di masa depan dapat diprediksi dengan akurasi yang mengejutkan.
Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang kehidupan, alam semesta dan segala sesuatunya yang dimiliki; kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada manusia, khususnya di bidang astrofisika dan evolusi, ratusan ribu tahun mendatang.

Dalam 10.000 tahun mendatang, para peneliti memprediksikan tenggelamnya benua Antartika Timur.
Ini adalah benua dengan lapisan es terpanjang di planet kita, dan jika lembah subglasi Wilkes runtuh, permukaan air laut akan naik sekitar 3-4 meter. Ini butuh waktu sekitar 5.000-10.000 tahun.
Namun, ada kemungkinan manusia akan punah sebelum menghadapi sapuan air laut setinggi itu.
Sebuah teori bernama Argumen Hari Kiamat yang diusulkan oleh fisikawan asal Australia, Brandon Carter, memprediksikan bahwa manusia memiliki kemungkinan punah 95 persen dalam waktu 10.000 tahun.
Akan tetapi, patut diingat bahwa ini baru teori, dan tidak sedikit yang menentangnya.
Menurut para peneliti, yang lebih memungkinkan adalah pada 10.000 tahun mendatang, tidak akan ada variasi genetik regional pada manusia. Ini tidak serta merta semua manusia akan sama. Akan tetapi, akan ada ciri genetis seperti warna mata yang menyebar merata pada semua ras manusia di semua belahan dunia.
Meski demikian, bukan berarti manusia telah terbebas dari ancaman kepunahan.
Di samping garis pantai yang berubah dan kalender Gregorian yang bergeser 10 hari dari posisi matahari, akan terjadi ledakan bintang yang spektakuler pada 10.000 tahun mendatang. Bintang super Antares akan meledak menjadi supernova dan membuat malam menjadi seterang siang hari.


Lalu, bila kita panjangkan ramalan masa depan menjadi 13.000 tahun, peneliti memprediksi bahwa kemiringan sumbu bumi akan terbalik. Akibatnya, musim di kedua belahan bumi akan ikut terbalik.
Sementara itu, terlepas dari pertanyaan apakah manusia akan hidup hingga 10.000 tahun ke depan, roket antariksa Pioneer 10 dan 11, Voyager 1 dan 2, dan New Horizons diperkirakan akan tetap berada di luar sana selama jutaan tahun.
Voyager 2 sejatinya akan segera melintas dalam jarak yang sangat dekat dari Sirius, salah satu bintang paling terang di langit kita, 296.000 tahun mendatang.