Rabu, 03 Januari 2018

Makam Mesir Berusia 3.500 Tahun Dibuka untuk Kali Pertama, Apa Isinya?

Arkeolog berhasil menggali dua makam mesir kunoyang belum pernah dibuka selama 3.500 tahun lamanya.
Penggalian itu akhirnya mengungkap berbagai harta arkeologis Mesir kuno berharga yang tersimpan di kedua makam, seperti lukisan, topeng kayu, dan juga mumi yang terbungkus kain linen.
Kedua makam tersebut sebenarnya sudah lama ditemukan. Sayangnya, makam itu tidak mendapat perhatian yang sama seperti situs lain yang ditemukan di wilayah Luxor, Mesir.
Peninggalan bersejarah yang terletak di nekropolis Draan Abul Naga di tepi barat Luxor itu justru terabaikan.
Makam tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1900-an oleh arkeolog berkebangsaan Jerman, Friederike Kampp-Seyfried. Namun, dia hanya menamai kedua makam itu, tanpa melakukan penggalian lebih lanjut atas penemuannya.

Sejak saat itu, makam yang diberi nama Kampp 161 dan Kampp 150 ini pun ditinggalkan dan terlupakan hingga akhirnya sebuah ekspedisi dari Kementerian Negara Urusan Kepurbakalaan Mesir membuka makam tersebut kembali.
Benar saja, arkeolog menemu artefak-artefak yang di luar perkiraan. Beberapa analisis awal pun langsung dilakukan.
Dalam penggalian di makam pertama, Kampp 161, arkeolog memetakan bahwa makam ini dilapisi dengan dinding baru dan bata lumpur, serta memiliki empat ruang.

Berdasarkan lukisan dinding, ukiran, dan prasasti yang ditemukan, kemungkinan makam tersebut berasal dari masa pemerintahan Firaun Amenhotep II dan Firaun Thutmose IV, sekitar tahun 1400 SM.
Makam tersebut memiliki dua lukisan. Salah satunya menggambarkan seorang pria yang memberikan persembahan dan bunga kepada orang yang dikuburkan di makam itu dan istrinya, sedangkan gambar kedua menunjukkan sejumlah tamu yang berdiri dalam empat baris.
Para arkeolog kemudian menemukan beberapa artefak kayu, termasuk topeng besar dan kecil yang bersepuh emas.


Lalu di makam Kampp 150, arkeolog menemukan harta karun lainnya. Di sana terbaring mumi yang terbungkus kain linen.
Meski belum diketahui dengan jelas siapa identitasnya, tetapi arkeolog menduga bahwa mumi dengan penutup linen tersebut bernama Djehuty Mes atau Maati.
Selain itu, kemungkinan individu tersebut merupakan pejabat tinggi atau orang yang berpengaruh pada masanya.
Para arkeolog juga menemukan banyak artefak di dalam makam ini, seperti koleksi 450 patung yang diukir dengan bahan berbeda, topeng kayu yang dilukis, dan sebuah kotak kecil yang berbentuk seperti peti mati.

Namun, ada perbedaan antara makam Kampp 150 dan Kampp 161. Mereka tidak berasal dari masa yang sama.
Arkeolog menemukan bahwa Kampp 150 ternyata dibuat pada masa akhir dinasti ke-17 dan awal dinasti ke-18, atau sekitar tahun 1506 SM di saat era kekuasaan Firaun Thutmose I. Ini berarti makam Kampp 150 lebih tua dibandingkan Kampp 161.
Temuan ini tentunya menjadi kabar baik dunia ilmu pengetahuan sekaligus harapan baru bagi pariwisata Mesir yang sebelumnya sempat menurun akibat kekacauan politik.


Peta Dunia Jaman Renaisans Dirilis, Ini Keunikannya


Menakjubkan. Peta dunia versi abad pertengahan yang langka akhirnya diperlihatkan kepada publik. Peta dengan tampilan dua dimensi tersebut terdiri dari 60 halaman dengan gambar yang tak pernah kita duga.
Peta dunia versi jaman Renaisans tersebut ditemukan Pusat Peta David Rumsey pada bulan September 1587. Peta itu memiliki halaman-halaman dengan sajian visual dua dimensi serta mengajak orang melihat dunia.
Keunikan peta tersebut adalah tidak hanya gambar pulau atau benua saja, tetapi ada ilustrasi makhluk mitos seperti pegasus, kuda berkepala manusia atau centaur, putri duyung dan grifon atau binatang khayalan, di beberapa lokasi di peta.

Menurut kurator dari Pusat Peta David Rumsey di Unversitas Standford, G. Salim Mohammed, hasil karya Monte adalah manuskrip kartografi. "Saya menyebutnya sebuah karya manuskrip kartografi," katanya seperti dikutip dari Livescience, pada Kamis (28/12/2017).


Proses digitalisasi peta karya Monte dimulai ketika David Rumsey Map Center memperoleh peta yang berisi tiga dokumen awal dan asli milik Monte. Peneliti menyusun halaman pada peta seperti menyusun naskah menjadi buku.
Saat itu, peneliti menemukan petunjuk yang berisi keinginan Monte soal bagaimana seharusnya peta itu dilihat. Lalu, dengan memindai per halaman, para ilmuwan dapat menyusun peta digital berukuran 3x3 meter, persisi seperti apa yang diinginkan Monte.
"Idenya adalah agar bisa disatukan dan digantung di dinding dengan lubang di tengahnya, sehingga Anda bisa benar-benar melihatnya seperti cakram," kata Mohammed. Peta ini menjadi peta dunia terbesar yang dibuat pada masa Renaisan. 
Sementara itu, sejarawan mencatat bahwa Monte adalah seorang bangsawan kaya raya. Monte menekuni seni membuat peta atau kartografi sejak umur 41. Urbano Monte tinggal di Italia (1544-1613).
Saat berusia 35, Monte menikah dengan Margarita Niguarda yang saat itu berusia 18 tahun. Mereka dikarunia lima orang anak. Kekayaan Monte tidak mengharuskan dirinya bekerja layaknya warga biasa.
Berdasar informasi dari Pusat Peta David Eumsey, Monte menghabiskan waktunya untuk berburu buku untuk dikumpulkan di perpustakaannya yang terkenal dan belajar ilmu pengetahuan.
Salah satu pemicu Monte tertarik menjadi kartografer adalah saat dirinya pertama kali berkunjung ke kedubes Jepang yang berdiri di Eropa pada tahun 1585.
Ilmu geografi Jepang lah yang menarik hati Monte dan berdasar informasi yang ada di atlas milik Monte, pada saat itu "mural peta" juga baru menjadi tren dekorasi di Italia.
Monte memulai proyek melukis atlas dengan mengandalkan sumber kontemporer dan mengkonsolidasikan dengan pengetahuan geografis, tambah Mohammed.

Pertanyaannya bagaimana gambar makhluk mitos bisa muncul di peta?
"Proyeksi makhluk mitos memang tampak aneh di jaman sekarang, tetapi itu cukup masuk akal pada masanya," kata Mohammed kepada Live Science, Kamis (28/12/2017).
"Hal yang menarik lainnya, Monte menggambar pulau Jepang dengan ukuran lebih besar di petanya. Pulau-pulau di Jepang dia gambar secara horisontal bukan vertikal. Ini sebetulnya menunjukan kedekatan dan pengetahuannya tentang Negeri Matahari Terbit tersebut,"kata Mohammed.
Sekarang, masyarakat dapat melihat manuskrip yang sebenarnya, salinan cetaknya dan versi digitalnya di layar sentuh di Stanford University, tempat para ilmuwan mempelajari peta langka tersebut. 

Fenomena dan Misteri Langit yang Mungkin Akan Terungkap tahun 2018

Rutinitas kita selama hidup di Bumi sepertinya mudah ditebak dan itu-itu saja, datar. Jangan resah, ada tujuh kejadian luar biasa dan menakjubkan yang akan terjadi pada 2018 nanti.
Setidaknya fenomena alam di 2018 akan menjadi warna indah dalam hidup kita.

1. Gerhana
Tidak ada gerhana matahari total pada 2018. Namun, ada dua gerhana bulan dan tiga gerhana matahari sebagian yang berpotensi diamati.
Dari sekian gerhana itu, gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 merupakan yang terbaik bagi warga Indonesia. Sebabnya, gerhana bisa diamati di semua tempat dan selurug fase.
Gerhana bulan tptal pada 27 Juli 2018 berpotensi diamati oleh warga Aceh. Sesuai prediksi NASA, di wilayah Indonesia lain, gerhana bertepatan dengan tenggelamnya bulan. Jadi, hanya sebagian kecil tahapan gerhana yang bia diamati.

2. Hujan meteor
Anda bisa mengambil beberapa foto spektakuler dari fenomena hujan meteor Perseid. Puncaknya akan terjadi pada 12-13 Agustus dengan maksimal 60 meteor per jam.
Kedua adalah hujan meteor Geminid, yang akan memuncak 13-14 Desember sampai 120 meteor per jam.

3. Wahag Lubang Hitam
Selama ini, ilmuwan mengenal event horizonbisa diibaratkan seperti pintu gerbang ke lubang hitam. Jika telah memasukinya, maka apapun takkan bisa kembali.
Ilmuwan sebelumnya menggelar pengamatan lima malam pada lubang hitam Sagitariu A. Tahun ini, foto "point of no return" lubang hitam itu mungkin akan diperoleh.

4. Misteri Bulan
Tahun 2018, sejumlah negara menargetkan bulan sebagai target eksplorasi. India akan mengirim misi ke bulan untuk pertama kalinya.
SpaceX juga berencana melakukan misi yang sama dengan dua warga sipil di pesawat ruang angkasa.
Kemudian, China akan mengirim Chang'e 4 dan Chang'e 5 yang bakal mengeksplorasi sisi gelap bulan.
Ada juga Google Lunar XPrize, kompetisi bagi entitas swasta memasang robot di bulan. Banyak pengetahuan baru tentang bulan yang mungkin akan terungkap.

5. Teka-teki Asteroid
Masih ingat dengan misi Rosetta dan Philae, roket penyelidik (Philae) dan pesawat (Rosetta) yang mempelajari komet 67P/Churyumov–Gerasimenko?
Tahun 2018 ini, dua misi asteroid akan mencapai targetnya. 
Pada bulan Juni, JAXA's Hayabusa 2 milik Jepang yang diluncurkan pada tahun 2014, akan bertemu dengan asteroid Ryugu, sebuah asteroid dekat Bumi dengan kombinasi langka antara tipe C dan tipe G.
Kemudian, bulan Agustus, OSIRIS-REx NASA akan bertemu dengan asteroid dekat Bumi, Bennu.
Tidak diragukan lagi peristiwa ini menarik untuk ditunggu hasilnya. Jaxa's Hayabusa 2 akan kembali pada tahun 2020 dan OSIRIS-REx pada tahun 2023. Hal tersebut menjadi harta karun bagi ilmu pengetahuan. Sungguh menakjubkan.

6. Kembang api semesta
Awal tahun ini, entah kapan, sebuah pulsar akan melintas melewati salah satu bintang paling terang di galaksi kita.
Pulsar akan melalui cakram dari gas dan debu yang mengelilingi bintang dan memancarkan cahaya 15 kali massa matahari dan 10.000 kali lebih cerah dari matahari.
Saat itu terjadi, fenomena kembang api kosmos akan terjadi. Itu akan membantu peneliti mengukur massa, gravitasi, medan magnet, angin bintang dan sifat cakram.

7. Penelitian planet Merkurius
Tahun ini misi Cassini akan berkahir dan misi Juno sedang mempelajari Jupiter. Masih akan ada banyak misi untuk mempelajari planet lainnya.
2018, ESA dan JAXA meluncurkan misi gabungan mereka - BepiColombo, yang akan menyelidiki Merkurius

Sains Ramalkan Nasib Manusia dan Bumi 10.000 Tahun Mendatang!

Sejumlah ilmuwan meramalkan bahwa kiamat akan terjadi 10.000 tahun lagi. Bagaimana sains menjelaskan hal tersebut?
Dikutip dari Sciencealert, Minggu (31/12/2017), beberapa hal di masa depan dapat diprediksi dengan akurasi yang mengejutkan.
Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang kehidupan, alam semesta dan segala sesuatunya yang dimiliki; kita bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada manusia, khususnya di bidang astrofisika dan evolusi, ratusan ribu tahun mendatang.

Dalam 10.000 tahun mendatang, para peneliti memprediksikan tenggelamnya benua Antartika Timur.
Ini adalah benua dengan lapisan es terpanjang di planet kita, dan jika lembah subglasi Wilkes runtuh, permukaan air laut akan naik sekitar 3-4 meter. Ini butuh waktu sekitar 5.000-10.000 tahun.
Namun, ada kemungkinan manusia akan punah sebelum menghadapi sapuan air laut setinggi itu.
Sebuah teori bernama Argumen Hari Kiamat yang diusulkan oleh fisikawan asal Australia, Brandon Carter, memprediksikan bahwa manusia memiliki kemungkinan punah 95 persen dalam waktu 10.000 tahun.
Akan tetapi, patut diingat bahwa ini baru teori, dan tidak sedikit yang menentangnya.
Menurut para peneliti, yang lebih memungkinkan adalah pada 10.000 tahun mendatang, tidak akan ada variasi genetik regional pada manusia. Ini tidak serta merta semua manusia akan sama. Akan tetapi, akan ada ciri genetis seperti warna mata yang menyebar merata pada semua ras manusia di semua belahan dunia.
Meski demikian, bukan berarti manusia telah terbebas dari ancaman kepunahan.
Di samping garis pantai yang berubah dan kalender Gregorian yang bergeser 10 hari dari posisi matahari, akan terjadi ledakan bintang yang spektakuler pada 10.000 tahun mendatang. Bintang super Antares akan meledak menjadi supernova dan membuat malam menjadi seterang siang hari.


Lalu, bila kita panjangkan ramalan masa depan menjadi 13.000 tahun, peneliti memprediksi bahwa kemiringan sumbu bumi akan terbalik. Akibatnya, musim di kedua belahan bumi akan ikut terbalik.
Sementara itu, terlepas dari pertanyaan apakah manusia akan hidup hingga 10.000 tahun ke depan, roket antariksa Pioneer 10 dan 11, Voyager 1 dan 2, dan New Horizons diperkirakan akan tetap berada di luar sana selama jutaan tahun.
Voyager 2 sejatinya akan segera melintas dalam jarak yang sangat dekat dari Sirius, salah satu bintang paling terang di langit kita, 296.000 tahun mendatang.

Rabu, 27 Desember 2017

Asteroid Berbentuk Tengkorak Kembali Hantui Bumi 2018



NEW YORK - Asteroid berbentuk wajah tengkorak yang menyeramkan yang dijuluki 'asteroid Halloween' akan menghantui Bumi lagi tahun 2018. Asteroid yang diberi nama 2015 TB145 pertama kali dilalui 300.000 mil dari Bumi pada 31 Oktober 2015

Sebuah batuan berbentuk tengkorak akan menghantui dunia lagi tahun depan.  Asteroid ini diperkirakan akan kembali melintasi bumi pada November 2018. Sayangnya, jaraknya lebih jauh dari saat benda ini melintas pada 2015 lalu.

Pablo Santos-Sanz, seorang astrofisikawan dari Institut Astrofisika Andalusia di Spanyol, mengatakan dalam sebuah pernyataan awal minggu ini.

"Ini berarti bumi akan sangat gelap, namun hanya sedikit lebih reflektif daripada arang."

Menurut Santoz, para astronom masih menantikan tampilan kedua pada batuan berbentuk tengkorak, karena benda ini jangkauan lintasannya sangat unik dan menarik untuk dipelajari.

"Meskipun tahun 2018 tidak akan begitu menguntungkan, namun kita akan dapat memperoleh data baru yang dapat membantu meningkatkan pengetahuan kita, saat benda itu mendekati planet kita." tutur Santos seperti dilansir dari The Sun.

Pada 2015, asteroid spooky berada di jarak yang relatif dekat dengan bumi, yaitu 486.000 kilometer saja atau sekitar 1,3 kali jarak ke bulan. Asteroid aneh ini pertama kali ditemukan oleh para astronom pada 10 Oktober 2015 dengan teleskop Pan-STARRS di Hawaii.

NASA pun menangkap gambar asteroid ini menggunakan Teleskop Radio Green Bank di West Virginia dan Radio Arecibo di Puerto Rico. Dalam pengamatan keduanya, asteroid ini kadang-kadang terlihat menyerupai tengkorak manusia karena kondisi pencahayaan pada momen tertentu.

Rabu, 20 Desember 2017

5 Fakta Tentang UY Scuti, Bintang Terbesar di Alam Semesta yang Bikin Matahari Seperti Kutu


Memandang langit di malam hari dari perspektif mata kita, yang muncul pasti hanya bintang-bintang kecil yang berkelip-kelip. Dari sini sungguh sangat kecil bahkan tak sampai seujung kuku. Tapi, kita tahu jika mereka berukuran sangat besar. Hanya saja jarak yang membuatnya terlihat kecil. Hal yang sama juga akan kamu alami ketika mengarahkan mata ke konstelasi Scutum di atas sana. Ada satu bintang paling terang yang mungkin kita pikir kecil, padahal ia luar biasa besar. Bintang ini bernama UY Scuti
UY Scuti, bintang satu ini terlihat kecil dari sini, tapi sesungguhnya lebih besar daripada yang bisa kita bayangkan. Perbandingan kasarnya adalah jika matahari kita diumpamakan sebesar kelereng, maka UY Scuti setidaknya sebesar mall. Sungguh tak karuan besarnya. Makanya, dengan ukuran ini, UY Scuti kemudian dikatakan sebagai bintang paling besar di alam semesta. Setidaknya sepanjang pengetahuan manusia hingga hari ini.
Sangat menarik untuk membahas bintang satu ini karena rupanya UY Scuti belum begitu dikenal. Dan berikut adalah fakta-fakta soal si bintang raksasa yang akan membuatmu makin terbengong-bengong.

1. Ukuran Pasti Dari UY Scuti

Soal ukuran, sebenarnya dimensi UY Scuti sudah cukup jelas lewat ilustrasi di bagian pembuka tadi. Tapi, pasti penasaran kan dengan ukuran sebenarnya dari bintang satu ini? Ya, menurut para peneliti, bintang satu ini berukuran 1,708 ± 192 R☉ dalam ukuran radius.
Ukuran UY Scuti benar-benar gila [Image Source]
Kalau dikonversikan ke dalam ukuran mil, panjangnya adalah antara 1,054,378,000 – 1,321,450,000. Ini masih dalam satuan mil, belum ke kilometer yang pastinya bakal bertambah-tambah angkanya. Kita tidak akan pernah bisa mendefinisikan ukuran ini dengan tepat. Namun yang jelas, UY Scuti adalah bintang yang sangat-sangat besar.

2. Massa UY Scuti Juga Sangat Menggila

Dengan luas segila itu, jelas UY Scuti juga memiliki massa alias berat yang luar biasa. Para astronom sebenarnya belum bisa memastikan berapa massa bintang raksasa ini. Tapi, diperkirakan jika dikomparasikan dengan matahari kita, massa UY Scuti adalah sekitar 21 miliar lebih berat.
Perbandingan UY Scuti dan Matahari [Image Source]
Nah, untuk mengetahui angka pasti soal berat si bintang gila itu, tinggal ketahui saja berapa massa matahari. Dari data yang ada, dipastikan berat matahari adalah 1.989 × 10 pangkat 30 kilogram. Lalu, untuk tahu berapa massa UY Scuti tinggal kali saja dengan 21 miliar. Bisa menghitungnya? Masa matahari saja sudah tak karuan begitu, apalagi UY Scuti. Kesimpulannya, bintang satu ini memang sangat gila.

3. Seberapa Jauh Jarak Bumi dengan UY Scuti

Secara umum sebenarnya Bumi dan UY Scuti masih dalam satu rumah galaksi yakni Bima Sakti. Tapi, UY Scuti berada di lokasi konstelasi yang berbeda dengan kita yang sangat jauh jaraknya. Makanya, bahkan ketika dilihat dari teleskop raksasa, UY Scuti tak lebih besar dari sebuah titik saja.
Jarak Bumi ke UY Scuti [Image Source]
Lalu, berapa jarak pasti Bumi ke UY Scuti? Jaraknya adalah sekitar 2,9 kiloparsec atau 9.500 tahun cahaya. Biar bisa dapat gambaran, mari kita bedah agak rinci. Nah, awalnya kita ketahui dulu satu tahun cahaya itu seberapa panjang. Kurang lebih sekitar 63.240 AU, satu AU itu sama panjangnya seperti matahari ke Bumi yakni sekitar 149 juta kilometer. Nah, dari sini silakan hitung sendiri berapa 9.500 tahun cahaya itu. Pasti bikin otak langsung migrain.

4. UY Scuti VS  VY Canis Majoris

Sebelumnya diketahui jika bintang terbesar yang berhasil ditelusuri manusia adalah VY Canis Majoris. VY Canis Majoris sendiri kalau dibandingkan dengan matahari adalah butir nasi dengan nasi tumpeng yang lebarnya 2 meter. VY Canis Majoris bertahan selama bertahun-tahun sebagai bintang terbesar, sampai para astronom menemukan UY Scuti.
UY Scuti VS VY Canis Majoris [Image Source]
Ya, UY Scuti kemudian mengejutkan banyak peneliti karena ukurannya diperkirakan lebih besar dari pada VY Canis Majoris. Selisihnya mungkin tidak terlalu besar, hanya seperti bola futsal dan bola basket yang agak lebih besar. Meskipun selisihnya cuma sedikit kalau diilustrasikan, tapi realitanya tentu sudah tak karuan besarnya.

5. Seumpama Matahari Diganti UY Scuti

Mari berandai-andai seumpama matahari kita diganti dengan UY Scuti. Kira-kira apa yang bakal terjadi? Takkan ada yang terjadi selain beberapa planet akan tenggelam di dalam tubuh UY Scuti, termasuk Bumi dan Mars. Alasannya ya karena ukurannya tadi.

5 alasan India, Cina dan Negara Lain Berencana Menjelajah ke Bulan

Tidak ada manusia yang pergi ke Bulan sejak 1972 dan hanya 12 orang yang pernah melakukannya — semuanya orang Amerika.
Tapi daftar ini bisa menjadi jauh lebih panjang tak lama lagi.
Mengapa Bulan? Bukankah kita pernah ke sana? Ya, memang. Tapi sekarang ada alasan-alasan baru yang mendorong berbagai negara untuk mencapai Bulan.
Mengirim manusia dan misi-misi lain ke Bulan direncanakan oleh IndiaCina dan Rusia, juga Jepang dan EropaKorea Selatan dan Korea Utara juga mengarahkan pandangan ke Bulan.
Bahkan NASA tampaknya berniat mengembalikan kedigdayaannya, belum lama ini mengumumkan sebuah visi baru untuk Deep Space Gateway yang meliputi sebuah stasiun persinggahan di Bulan menuju Mars dan lebih jauh lagi. Elon Musk juga menyebut-nyebut pangkalan di Bulan
Perusahaan-perusahaan swasta berlomba-lomba mendapatkan sepotong kue Bulan, terpikat oleh XPRIZE multi-juta dolar Google yang menantang para kandidat untuk mengembangkan metode-metode murah bagi eksplorasi robot angkasa luar.
Semacam perlombaan angkasa luar tampaknya akan kembali berlangsung dengan lebih sengit, karena lima alasan.
Kru Apollo 12 dengan peralatan dan tas Apollo Lunar Hand Tools di Bulan, November 1969.NASA

Alasan 1: visi inovasi

Di masa lalu, sekarang pun masih, salah satu alasan angkasa luar menarik minat dan investasi adalah manusia tampaknya tergerak untuk mengeksplorasi dan mendorong batas, secara fisik dan naluri.

Tapi angkasa luar juga berfungsi sebagai kekuatan pemersatu, memberikan sebuah visi jelas yang mendorong maju teknologi dan inovasi.
Setelah beberapa dekade relatif terabaikan, eksplorasi angkasa luar kembali dipandang mendorong teknologi, mengilhami keterlibatan dengan sains dan teknik, dan menciptakan kebanggaan nasional. Program dalam International Astronautical Congress yang diselenggarakan di Adelaide Australia belum lama ini menangkap sentimen tersebut.

Motivator-motivator tersebut dipandang sangat penting oleh kekuatan-kekuatan ekonomi baru seperti India, Cina, dan Rusia, dan itu artinya para pemain mapan seperti Eropa dan Amerika Serikat harus bekerja lebih keras untuk mempertahankan posisi.
Pengumuman mutakhir bahwa Australia akan memiliki sebuah badan antariksadiharapkan akan menciptakan peluang-peluang baru bagi negeri itu.

Alasan 2: keuntungan ekonomi dan geopolitik
Paradoksnya, eksplorasi bulan menciptakan kerja sama sekaligus persaingan internasional.
Bahkan jika tidak punya program angkasa luar sendiri, suatu negara bisa mengembangkan instrumen untuk diterbangkan pesawat angkasa luar yang dibangun dan diluncurkan negara lain. Misalnya, pesawat antariksa Chandrayaan-1 milik India membawa berbagai instrumen dari Swedia, Jerman, Inggris, Bulgaria, dan Amerika Serikat ke Bulan. Ini membantu ekonomi berjaringan dan memberikan motivasi kuat untuk menjaga perdamaian.
Persaingan ekonomi dan geopolitik terjadi karena Bulan dipandang sebagai daerah tak bertuan. Tidak ada negara yang diperbolehkan memiliki Bulan, setidak-tidaknya menurut sebuah Traktas PBB 1967 yang disetujui oleh lebih dari 100 negara.
Bagaimanapun juga, ada insentif untuk mengajukan klaim atas Bulan. Misalnya, helium-3 (sebuah isotop dari unsur helium) melimpah di Bulan, tapi langka di Bumi. Inilah bahan bakar potensial fusi nuklir, sebuah sumber energi dengan potensi tak terbatas dan tanpa polusi. Cina, khususnya, menyatakan minat besar terhadap helium-3 Bulan. 
Situasinya tampak sama dengan yang terjadi dengan Antartika pada 1950-an, ketika benua itu dibagi-bagi oleh 12 negara yang memiliki program ilmiah di Antartika pada saat itu. Mengirim sebuah wahana antariksa ke Bulan — sekalipun gagal secara prematur seperti Chandrayaan-1 milik India – bisa memberikan argumen meyakinkan bagi pengakuan sekiranya Bulan dibagi-bagi menjadi zona-zona riset dan pengembangan ekonomi. 
Rusia, Cina, Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat mendaratkan (atau menabrakkan) wahana antariksa di Bulan beberapa dekade sesudah Apollo.

Alasan 3: target mudah
Badan-badan ruang angkasa yang sedang berkembang membutuhkan misi yang sukses, dan Bulan adalah target yang menggoda. Komunikasi radio dalam jarak relatif pendek antara Bumi dan Bulan (384.400 kilometer) nyaris seketika (1-2 detik). Antara Bumi dan Mars, komunikasi dua arah memerlukan waktu sekitar satu jam.
Gravitasi rendah dan tidak adanya atmosfer di Bulan juga memudahkan operasi bagi pengorbit dan pendarat. 
Berbagai misi Luna Rusia menunjukkan bahwa secara teknis dimungkinkan memanfaatkan robot untuk membawa sampel dari Bulan ke Bumi. Cina bermaksud meluncurkan sebuah misi robot ke Bulan dalam 1-2 tahun ke depan untuk mengumpulkan sampel. Jika berhasil, sampel itu akan menjadi yang pertama dibawa dari Bulan sejak Luna 24 pada 1976.

Alasan 4: penemuan-penemuan baru
Meski sudah beberapa dekade dilakukan berbagai observasi, setiap misi baru ke Bulan selalu menghasilkan penemuan-penemuan baru. 
Pesawat luar angkasa Selene milik Jepang dan misi Chandrayaan-1 milik India menemukan distribusi baru mineral di Bulan, dan meneliti daerah-daerah sumber daya potensial.
Penemuan yang menggembirakan adalah keberadaan es air dan senyawa organik lain di bagian-bagian Bulan yang selamanya berada dalam bayang-bayang yang tidak pernah terjamah sinar matahari. Jika ada dalam kuantitas yang memadai, es air di Bulan bisa dipakai sebagai sumber daya untuk menghasilkan bahan bakar atau mendukung hunian manusia. Ini akan sangat menguntungkan bagi misi di masa depan mengingat biaya mahal mengangkut air dari Bumi ke Bulan.
Walaupun kemajuan teknik yang luar biasa diperlukan untuk memperoleh sumber daya tersebut di lingkungan yang dinginnya sampai -250?, tantangan-tantangan semacam itu mendorong kemunculan teknologi-teknologi baru.

Alasan 5: kita belajar tentang Bumi
Di luar segi-segi praktis, eksplorasi Bulan mengungkapkan ide-ide yang sepenuhnya baru tentang asal mula tata surya.
Sebelum misi Apollo, planet-planet dianggap terbentuk dalam kurun waktu lama karena tumpukan lambat partikel-partikel debu. Batuan Bulan yang dibawa ke Bumi oleh misi Apollo mengubah gagasan itu, boleh dibilang, dalam semalam. Sekarang kita tahu bahwa tabrakan dahsyat antara planet-planet biasa terjadi, dan salah satu tabrakan semacam itu antara planet seukuran Mars dengan Bumi bisa jadi menghasilkan Bulan (animasi).
Kita juga tahu bahwa bagian-bagian gelap di permukaan Bulan adalah bekas benturan asteroid yang dilontarkan karena pergeseran di orbit Yupiter dan Saturnus.
Penelitian-penelitian tentang Bulan di masa depan pasti akan mendatangkan wawasan lebih mendalam lagi tentang Bumi, planet kediaman kita.
Eksplorasi ruang angkasa bukan hanya soal “di luar sana”. Perjalanan ke Bulan menciptakan lapangan kerja, inovasi teknis, dan penemuan-penemuan baru yang meningkatkan kehidupan kita semua “di bawah sini”.